Sinopsis I Miss You Episode 21 bagian 1, begitu menegangkan membuatnya, karena Jung Woo, SOo Yeon dan Hyung Joon berkumpul bersama di gudang tempat penyekapan SOo Yeon dan Jung Woo 14 tahun yang lalu. Hyung Joon yang emosi nya tidak stabil, memegang pistol yang terus dia arahkan pada JUng Woo dan SOo Yeon. Sampai pada akhirnya, Hyung Joon yang lepas kontrol langsung menembakkan pistolnya dan mengenai Jung Woo yang menyelamatkan SOo Yeon.
Sinopsis I Miss You Episode 21 ( Bagian 1 ) !!!
Jung Woo mendapat signal dari Soo Yeon, dia menyuruh Joo menyiapkan kendaraan dan mengikutinya, Jung Woo akan terus menyalakan ponselnya, agarJoo bisa melacaknya.
Soo Yeon sudah berada di suatu tempat, dia merasa ketakutan saat mendengar suara langkah Hyung Joon.
Jung Woo tiba di tempat, yang ditunjukkan dari signal yang didapat dari Soo Yeon. Ternyata tempat itu adalah gudang dimana dia dan Soo Yeon dulu di sekap. Melihat gudang itu, Jung Woo teringat pada kejadian malam itu, dimana dia melihat Soo Yeon yang sudah tidak berdaya dan terus memanggilnya, bukannya datang menolong Soo Yeon, Jung Woo malah pergi meninggalkannya.
Jung Woo berjalan mendekati gudang, dalam hati dia berkata, “aku memimpikan ini ribuan kali sebelumnya. Untuk mendapatkanmu, kembali lagi ke tempat ini.”
“Soo Yeon,” setelah menyebut nama Soo Yeon, Jung Woo langsung membuka pintu gudang, dan dia melihat Soo Yeon benar-benar ada di dalam gudang itu. Jung Woo dan Soo Yeon saling memandang satu sama lain. Ternyata di dalam gudang itu bukan hanya Soo Yeon, di samping sudah ada Hyung Joon yang memegang pistol.
Hyung Joon melempar kotak kecil yang diberikan Jung Woo pada Soo Yeon, yang digunakannya untuk melacak keberadaan Soo Yeon. Jung Woo melihat Hyung Joon, dan Hyung Joon tanpa berbicara memberi isyarat pada Jung Woo untuk menutup pintu dan duduk di kursi yang sudah dia persiapkan. Jung Woo mengikuti apa yang diperintahkan Hyung Joon.
Beralih pada ibu Soo yeon yang begitu senang memandangi foto Jung Woo bersama dirinya dan Eun Joo, itu foto ketika Jung Woo berhasil lulus sebagai detektif. Ibu sangat bersyukur, karena Jung Woo sudah membawa Soo Yeon, putrinya kembali lagi padanya. Tiba-tiba telpon nya berdering.
Tae Joon, sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Tae Joon, marah pada Ketua Tim karena dia sudah beraninya menangkap seorang Han Tae Joon. Dengan sombong, Tae Joon mengatakan kalau pengacaranya akan mengurus semuanya.
Ketua Tim dengan tanpa takut mengatakan, “apa tak ada yang bisa kau lakukan selain bersekongkol dengan seorang pembunuh? Putramu, Han Jung Woo... pergi berurusan dengan orang itu dengan tangan kosong, untuk menyelamatkan Soo Yeon. Jika terjadi sesuatu pada Soo yeon maupun Jung Woo, kau yang bertanggung jawa karena membunuh mereka, kau tahu!”
Tepat pada saat ketua Tim mengatakan itu, ibu Soo Yeon datang dan mendengar semuanya. Tanpa rasa bersalah, tae Joon mengatakan kalau Ketua Tim sendiri yang tidak bisa menemukan satu orang yang sedang terluka, “siapa yang kau coba salahkan?! PANGGIL KEPALA POLISI! Bilang padanya Han Tae Joon memanggilnya!”
Ibu Soo Yeon berjalan men dekati, untuk melihat Han Tae Joon. Melihat Ibu Soo Yeon datang, Ketua Tim langsung beranjak dan bertanya kenapa Ibu Soo Yeon ada di kantor polisi. Masih dengan pandangan mellihat ke arah Tae Joon, ibu menjawab kalau dia ingin tahu kabar Soo Yeon, “karena aku kebetulan lewat kantor polisi, kupikir aku bisa masuk dan bertanya. Apa mungkin aku sudah salah dengar? Orang ini, “sambil menunjuk Tae Joon. “orang ini mencoba menyakiti Soo Yeon ku dan Jung Woo lagi? “
Merasa Ibu Soo Yeon mulai emosi, Ketua Tim langsung mengajaknya untuk bicara dan pergi dari hadapan Tae Joon. Namun Ibu Soo yeon menolak, dia melepaskan pegangan Ketua Tim. Terus menatap kearah Tae Joon, tiba-tiba ibu mencengkram baju Tae Joon dengan kuat, “kembalikan anak-anakku! ... kembalikan anak-anakku”.
Tak tahan lagi, diperlakukan seperti itu, Tae Joon bangkit dengan marah, “apa yang kau lakukan, tak membawanya pergi?! “ tanya Tae Joon pada Ketua Tim.
Ketua Tim berusaha menjelaskan pada Ibu kalau orang yang ada dihadapannya itu adalah ayah Han Jung Woo. Mendengar itu, kemarahan ibu semakin menjadi, dia mengatakan kalau Jung Woo tidak mempunyai orang tua, “Jung Woo... adalah putraku yang kubesarkan selama 14 tahun! “
Tae Joon hanya menanggapinya dengan tertawa kecil. Ibu tak terima, “kau tertawa? Kau berani tertawa? Kau orang yang menyatakan putriku sudah matii! Selama 14 tahun, aku hidup menderita dengan hati terkoyak-koyak! Apa kau tahu apa yang terjadi pada putriku?! Apa yang sudah dia alami? Bagaimana Jung Woo ku harus hidup karena ulahmu? KAU TERTAWAKAN!” Ibu benar-benar emosi dan berusaha mencengkram Tae Joon lagi. Tae Joon juga tidak senang diperlakukan seperti itu oleh ibu, dia juga marah.
Ketua Tim berusaha menahan ibu, dan Tae Joon di bawa pergi oleh polisi yang lain. Walaupun Tae Joon sudah pergi, ibu tetap saja berteriak-teriak mengatai Tae Joon. Ketua Tim terus berusaha menenangkannya dengan memeluk ibu.
(hmmmmm... ketua Tim ini dah nikah lom sih, kalo belo... cocok tuh ma ibu Soo Yeon, hehehhe)
Kembali ke gudang, Soo Yeon dan Jung Woo saling menatap, sedangkan Hyung Joon merasakan sakit di kakinya tapi dia tetap menyembunyikan rasa sakitnya. Hyung Joon akhirnya memulai bicara dengan menanyakan pada Jung Woo bagaimana rasanya kembali lagi ke tempat kejadian malam itu?
“Kang Hyung Joon, apa ini akhir yang kau inginkan? Mengungkit masa lalu kami yang pahit, itu tujuan akhirmu?” tanya Jung Woo.
“sepertinya kau lupa, dan terlebih lagi bagi Zoe. Kau memaafkan Han Jung Woo yang meninggalkanmu dan kabur melarikan diri? APA KAU MENCINTAINYA?!” bentak Hyung Joon.
Soo Yeon baru sadar kalau dia sedang berada di gudang, dimana tempat dia dan Jung Woo disekap dulu. Soo Yeon langsung teringat pada suara siulan Sang Deuk, dan ketika Sang Deuk yang mabuk lalu mendekatinya dan menariknya. Soo Yeon mulai merasa ketakutan mengingat semua itu. Dia langsung menunduk.
Melihat Soo Yeon seperti itu, Jung Woo meminta Soo Yeon untuk mengangkat kepalanya. Hyung Joon yang berhasil membuat Soo Yeon ketakutan, juga ikut-ikut menyuruh Soo Yeon mengakat kepalanya.
“Dia pria yang meninggalkanmu dan melarikan diri. karena pria seperti dia, KAU MENCAMPAKKANKU?!” bentak Hyung Joon, yang tambah membuat Soo Yeon ketakutan.
Jung Woo lalu meminta Soo Yeon untuk melihat ke arahnya, “Aku bukan Han Jung Woo berusia 15 tahun. Lihat aku! Aku takkan meninggalkamu apapun yang terjadi. Angkat kepalamu LEE SOO YEON!” pinta Jung Woo.
Perlahan-lahan Soo Yeon mengangkat kepalanya dan melihat Jung Woo, tapi ingatannya kembali saat Jung Woo muda, ketakutan melihatnya dan akhirnya Jung Woo berlari meninggalkannya. Sedangkan soo Yeon terus memanggil-manggil nama Jung Woo. Ingatan itu kembali membuat Soo Yeon ketakutan, bahkan tambah ketakutan, sampai-sampai dia berusaha menutupi tubuhnya.
“hari itu, kedua kaki dan tanganku terikat. Apa yang kulihat ketika mulutku ditutup rapat dengan lakban. Itulah tepatnya.” Ucap Jung Woo pada Hyung Joon. “air mata Soo Yeon. Kejadian dimana di hari itu diperlakukan dengan tidak adil dan dipermalukan! Aku merasa seperti mau mati karena marah setiap kali ingatan itu kembali! “ Jung Woo beralih pada SOO Yeon, “Soo Yeon, aku yang tak bisa melakukan apapun. Aku yang melarikan diri hari itu, begitu memalukan sampai aku merasa mau mati.”
Mendengar semua itu, perlahan-lahan Soo Yeon mengangkat kepalanya dan melihat Jung Woo, “Jung Woo..”
Setelah Jung Woo berhasil membuat Soo Yeon mempercayainya kembali, “Kang Hyung Joon, lihatlah. Apa air mata Soo Yeon berhenti mengalir karena kau sudah membunuh Kang Sang Deuk? Apa hal yang sudah terjadi hilang begitu saja? Kang Hyung Joon, kau bodoh! Sudah kubilang, ketika kau membenci ayahku, kau kehilangan Soo Yeon karenanya, dan kali ini karena aku? Karena kau begitu membenciku, kau melukai Soo Yeon lagi. Kau.. membuat kesalahan lagi. Tak usah mengungkit masalah itu, dia pria yang meninggalkanmu, kau seharusnya membenci pria itu! Bahkan kalau kau tidak menunjukkan padanya seperti ini, aku sendiri, dengan kesadaranku sendiri, masih belum bisa memaafkan diriku sendiri. Hentikan OMONG KOSONG ini!” Jung Woo langsung berdiri karena emosi.
“TIDAK,” Hyung Joon tidak mau Jung Woo menangkapnya, dia langsung mengarahkan pistolnya pada Soo Yeon. Soo Yeon kontan saja langsung ketakutan, dan Jung Woo hanya bisa mematung, tak bisa berbuat apa-apa.
“Baiklah, semua ini tak ada gunanya. Kau sendiri yang bilang sudah waktunya untuk berhenti. Soo Yeon... sekarang lihatlah aku. Maafkan aku juga. Aku tak mau sendiri. Aku takut. Aku jga tak mau terkurung di penjara. Terlalu menyesakkan. Aku begitu merindukanmu sampai aku tak bisa bernafas. Kumohon. Lihatlah aku.... Soo Yeon. “ Hyung Joon terus memohon Soo Yeon untuk melihatnya, berbeda dengan Jung Woo, Hyung Joon meminta Soo Yeon sambil menodongkan pistol padanya.
Dan itu membuat Soo Yeon tak berani melihat Hyung Joon, Soo Yoen terus melihat ke arah Jung Woo.
Hyung Joon kemudian mengulurkan tangan satunya untuk menyambut Soo Yeon, “Soo Yeon, kemarilah.... kemarilah Soo Yeon.” Akhirnya Soo Yeon melihat Hyung Joon. “Kemarilah Zoe.”
Hyung Joon kemudian mengulurkan tangan satunya untuk menyambut Soo Yeon, “Soo Yeon, kemarilah.... kemarilah Soo Yeon.” Akhirnya Soo Yeon melihat Hyung Joon. “Kemarilah Zoe.”
Soo Yeon bingung harus berbuat apa, ditambah lagi, dia mendengar suara sirine, yang berarti tempat itu sudah dikepung oleh polisi. Para polisi berjaga-jaga di luar dan tetap memantau apa yang terjadi di dalam gudang, dengan cara memasukkan kamera ke dalam gudang.
Didalam gudang, Jung Woo meminta Hyung Joon menurunkan pistolnya. Jung Woo berusaha membujuk Hyung Joon dengan mengatakan kalau HyungJoon seperti itu akan membuat Soo Yeon takut. Dengan tiba-tiba Hyung Joon mengarahkan tembakannya ke samping Jung Woo, dan itu membuat semuanya terkejut.
“Aku sedang bicara dengan Zoe sekarang! Jangan ikut campur!” Hyung Joon beralih ke Soo Yeon dan memanggilnya.
“Kenapa kau masih belum membunuhku?” tanya Jung Woo, mendengar itu Soo Yeon langsung memanggiilnya.
“apa, karena aku keluarga? Namun kenapa kita tak pernah bertemu satu sama lain? Apa karena Han Tae Joon?” tanya Jung Woo lagi.
“Kau baru sadar? Semua ini disebabkan Han Tae Joon. Kau benar.” Ucap Hyung Joon.
Jung Woo mengakui kalau dia juga tak bisa memaafkan ayahnya, “apa karena itu, kau tak menganggapku? Karena kau merasa kasihan pada putra dari orang seperti itu? “
Hyung Joon tersenyum, dan menyuruh Jung Woo untuk berhenti bermain-main, karena selama hidupnya Hyung Joon selalu berbohong untuk bertahan hidup, jadi dia tidak akan terpancing dengan kebohongan kekanak-kanakan Jung Woo. Hyung Joon terus merasakan sakit pada kakinya, kaki yang terkena tembakan polisi saat akan menangkapnya.
Dengan memelas Hyung Joon mengatakan pada Soo Yeon, kalau dia kesakitan, “aku bermimpi kembali ke Perancis bersamamu. Meskipun kau tak men cintaiku, tapi aku tetap saja bahagia. Aku ingin kembali”
Soo Yeon yang dari tadi diam, dan ketakutan, akhirnya buka suara, “itu karena bukan cinta yang kau inginkan. Aku selama ini selalu mencintaimu. Kita bagaikan keluarga bagi satu sama lain. Aku tak berfikir kalau semua yang ada padamu itu bohong. Harry.... aku juga pembohong. Aku sering berbohong padamu. Berpura-pura melupakan semuanya. Berpura-pura kalau aku tak merindukan siapapun. Bagi seseorang yang bermental tajam sepertimu, berpura-pura lupa pasti sulit bagimu. Maafkan aku.”
Hyung Joon menghela nafas. Jung Woo melihat kalau dibelakang Hyung Joon ada sinar merah yang berarti di luar sana sudah disiapkan polisi yang bertugas untuk menembak Hyung Joon. Hyung Joon yang belum menyadari itu, bertanya pada Soo Yeon, kenapa Soo Yeon begitu takut padanya? Karena walau dia sudah membunuh orang lain, dia tidak akan sanggup membunuh Soo Yeon.
Soo Yeon langsung meminta Hyung Joon meletakkan pistolnya. Hyung Joon mengatakan kalau itu sudah terlambat. Dengan tongkat yang Soo Yeon buatkan untuknya, Hyung Joon mengatakan dia ingin pulang ke rumah, dimana mereka tinggal bersama dulu. Hyung Joon melihat ke tongkatnya, dan disana akhirnya Hyung Joon melihat sinar merah itu juga. Hyung Joon sadar kalau dia sudah dikepung.
Jung Woo langsung mengajak Hyung Joon untuk keluar bersama, karena kalau Hyung Joon terus keras kepala, Soo Yeon akan dalam bahaya. Dengan emosi yang memang tidak stabil, sekali lagi Hyung Joon mengarahkan pistolnya pada Soo Yeon dan menyuruh Jung Woo keluar.
“katamu seseorang tak bisa berada di surga sendirian. Soo Yeon akan pergi denganku.” Hyung Joon berjalan mendekati Soo Yeon, dan langsung mengarahkan pistolnya ke kepala Soo Yeon. Jung Woo panik, begitu juga Joo yang berada di luar, dia langsung meminta pada polisi juru tembak untuk menahan tembakannya, karena Joo percaya Jung Woo bisa mengatasinya.
“Han Jung Woo, aku selalu iri padamu. Jadi untuk terakhir kali, akan kuhitung sampai 3” ucap Hyung Joon.
Jung Woo berjalan mendekat dan menghalangi Hyung Joon sebagai target penembakan. Sepetinya Jung Woo masih berusaha melindungi Hyung Joon.
“Kau hanya iri pada hal baik yang kumiliki? Kakiku yang bisa berlari. Kalau begitu ayahku, bagaimana dengan Han Tae Joon? Aku ditinggalkan oleh ibuku. Aku... bahkan tak tahu wajah ibuku. Bahkan jika kau menembak Soo Yeon, dan membunuhnya, cinta kami takkan berakhir. Rindu dan hasrat untuk itu akan membuatnya semakin dalam. Biarpun begitu, tak masalah dengan mu? “ Ucap Jung Woo.
Mendengar semua itu, Hyung Joon langsung mengarahkan tembakan pada Jung Woo, dengan cepat Soo Yeon langsung beranjak dan berdiri di depan Jung Woo. Baik Jung Woo dan Hyung Joonterkejut dibuatnya.
“Jung Woo terima kasih sudah menungguku sampai saat ini. Kali ini, aku akan pergi duluan dan menunggumu. Joon-ah... aku sangat menyukaimu.
Tapi beginikah cinta itu?” Soo Yeon berjalan mendekati Hyung Joon, dan mengarahkan pistol Hyung Joon ke dadanya. “Jangan sakiti Jung Woo”
Tapi beginikah cinta itu?” Soo Yeon berjalan mendekati Hyung Joon, dan mengarahkan pistol Hyung Joon ke dadanya. “Jangan sakiti Jung Woo”
Hyung Joon mundur, “tidak... tidak...! BOHONG!” Hyung Joon yang emosi langsung menembakkan pistolnya, dengan cepat Jung Woo langsung menarik Soo Yeon dan menggantikan posisinya, sehingga Jung Woo lah yang terkena tembakan Hyung Joon.
Jung Woo langsung terjatuh, dan Soo Yeon terus memanggil-manggil Jung Woo, “tanpa jung Woo apa yang harus kulakukan?”
Hyung Joon yang menyadari pada apa yang baru saja dia lakukan, langsung berusaha melepaskan pistol ditangannya, tapi karena pistol itu diikat ke tangannya jadi dia tidak bisa melepaskannya. Tepat pada saat itu semua polisi masuk ke dalam gudang.
Melihat banyak polisi yang masuk, dan Soo Yeon yang begitu ketakutan kehilangan Jung Woo, membuat Hyung Joon mengarahkan pistolnya kekepalanya sendiri.
“Zoe, aku juga... aku juga bisa... bisa mati untukmu... jika ini jenis cinta yang kalian bicarakan. Aku bisa mati untukmu juga!” Walau Hyung Joon sudah berkata seperti itu, Soo Yeon tak sedikitpun melihat ke arahnya, Soo yeon hanya terus menangis memanggil-manggil Jung Woo.
“Tapi kau bahkan tak memberiku kesempatan. Lihat aku sekarang. Kumohon lihat aku! “ teriak Hyung Joon. Tapi tetap saja Soo Yeon tidak memperdulikanya, Soo Yeon malah meminta bantuan untuk menolong Jung Woo.
Hyung Joon menyerah dan akhirnya dia menurunkan pistolnya. Tapi melihat Soo Yeon yang terus tak perduli padanya, Hyung Joon pun langsungmengarahkan pistolnya ke kepalanya lagi, namun dengan cepat polisi menembak tangan Hyung Joon untuk mencegah Hyung Joon melakukan bunuh diri.
Tapi karena Hyung Joon dari awal memang sudah terluka, sudah tertembak di kakinya, Hyung Joon pun akhirnya terjatuh. Sebelum pingsan, Hyung Joon berkata, “Embrasse moi” (cium aku, bahasa Perancis).
Beralih ke Jung Woo yang masih setengah sadar, dia teringat percakapannya dengan Soo Yeon.
“Maafkan aku..”
“Untuk apa? “tanya Jung Woo. “kau tahu kan? Aku menangis bukan karena sedih, tapi karena angin yang berhembus “
Setelah itu Jung Woo juga tak sadarkan diri.
0 comments:
Post a Comment