Sinopsis Yes Captain Episode 14 ( Bagian 1 ) akhirnya selesai juga, gak tahu napa, pulang dari liburan, malah buat aku males banget ngadepin laptop buat nulis sinopsis. hehehhe.... tapi karena sudah banyak yang menunggu, jadi akan saya selesaikan, sinopsis ini, untuk sementara bagian 1-nya dulu yah, bagian keduanya nanti nyusul. hehhehe....
Sinopsis Yes Captain Episode 14 ( Bagian 1 ) !!!
Jong Il masih setia menunggu Da Jin. Terlihat disisi lain Da Jin berlari menuju air terjun, namun dari tempat berlawanan, Yoon Sung juga terlihat berjalan menuju tempat air terjun. Jong Il mendengar suara langkah kaki, dia langsung menebak kalau itu pasti Da Jin, dia pun langsung senang.
Tak lama, ada seseorang yang menepuk pundaknya, dan saat Jong Il berbalik, ternyata yang datang bukanlah Da Jin melainkan Yoon Sung. Kegembiraan Jong Il berubah dalam sekejap.
“apa kau tak menungguku? Kau mengirim pesawatnya untukku?,” ucap Yoon Sun.
Dengan santainya, Yoon Sung menajawab kalau Jong Il harus mengurus akibat pendaratan yang gagal juga. Tak lama kemudian, Da Jin datang juga dan Jong Il yang tadinya cemberut jadi tersenyum senang.
“apa kalian berdua membuat keinginan bersama?” Tanya Da Jin saat baru saja sampai.
Tanpa menjawab, Jong Il langsung menarik Da Jin ke sampingnya, dan mengajak Da Jin untuk membuat permohonan di depan air terjun itu. Melihat Da Jin dan Jong Il yang melakukan permohonan, Yoon Sung pun ikut melakukannya.
Da Jin melirik Yoon Sung, dia pun tersenyum melihat apa yangYoon Sung lakukan. Mereka bertiga kemudian melakukan permohonan di depan air terjun.
Di tempat lain, ada seorang kakek yang mencari Jong Il.
Beralih lagi pada ketiga orang itu, dengan pede-nya Jong Il bertanya pada Da Jin apa Da Jin sudah meminta permohonan untuk bersama dirinya.
Mendengar pertanyaan Jong Il, Yoon Sung langsung melihat kearah mereka. Jong Il mengatakan kalau dia senang Da Jin sudah mau datang, dia pun langsung membawa Da Jin pergi, namun dengan cepat Yoon Sung mengatakan kalau mereka berdua jangan berkeliaran di malam hari.
Da Jin hanya tersenyum, dia bisa menebak kalau Yoon Sung sedang cemburu pada Jong Il.
Kakek yang mencari Jong Il tadi datang, dan mengatakan kalau ini sudah waktunya Jong Il tidur, “kenapa kau disini? Ini sudah lewat jam malam mu.”
Melihat DA Jin dan Yoon Sung, kakek pun bertanya pada Jong Il, siapa mereka? Jong Il pun menjawab kalau mereka adalah guru untuk mata pelajaran khusus.
Mendengar kalau yang didepannya adalah guru Jong Il, kakek pun bersikap ramah. Kakek juga mengajak Da Jin dan Yoon Sung untuk pergi bersama mereka, ke rumah kakek Jong Il.
Da Jin dan Yoon Sung berusaha menolak dengan halus dengan mengatakan kalau asrama mereka sudah cukup besar dan mereka merasa hangat disana. Kakek pun menjawab, kalau rumahnya juga besar. Kakek tetap ingin Da Jin dan Yoon Sung pergi ke rumahnya.
Saat kakek jalan duluan, Jong Il mengatakan pada Da Jin, walaupun dia pandai berkelahi, tapi dua selalu kalah melawan kakeknya, jadi tak ada gunanya Da Jin dan Yoon Sung terus menolak, dengan alasan mengunjungi rumah orang lain selarut ini, bisa dikatakan tidak sopan. Karena mengabaikan kebaikan kakek juga bisa dikatakan tidak sopan.
“Ah.. hanya noona yang harus datang,” ucap Jong Il pada Da Jin akhirnya, dan menatap dengan ekspresi tidak suka pada Yoon Sung.
Tiba-tiba terdengar suara perut Da Jin, Da Jin kelaparan.
In Tae menemui seseorang. Pada orang itu, In Tae bertanya apa dia bisa mendapatkan catatan penerbangan dari 7 tahun yang lalu. Orang itu bertanya apa In Tae mau mendapatkan catatan dari pernerbangan yang merupakan saingannya? Ini akan menjadi masalah besar. Orang itu memang sudah mengenal supa Hong In Tae yang sebenarnya.
In Tae mengatakan kalau dia hanya ingin mengetahui sebuah insiden yang terjadi 7 tahun yang lalu, “dulu aku sudah membantumu, jadi sekarang kau juga harus membantuku. Aku akan mengurusnya supaya tidak menjadi masalah untukmu. Apa kau tidak mengenalku?”
Berfikir sejenak, dan akhirnya orang itu mengatakan kalau dia akan mencoba mencarinya.
Da Jin dan Yoon Sung pun akhirnya sudah berada di rumah kakek Jong Il. Mereka berempat makan bersama. Kakek memberikan Yoon Sung sayap, karena menurutnya sayap cocok untuk penerbang seperti Yoon Sung. Da Jin pun mengatakan kalau dia bisa memakan bagian yang mana saja, Da Jin pun kebagian paha ayam nya.
Kakek memuji cara makan Yoon Sung, kemudian dia menyuruh Jong Il mengambil beberapa kentang manis dan dongchimi di dapur. Mendengar itu, Yoon Sung langsung mengatakan kalau itu tidak perlu, apa yang sudah disediakan ini, sudah cukup. Namun ternyata kakek mengambil itu bukan untuk mereka tapi untuk dirinya sendiri. (hahhahah Yoon Sung ge.er.. bukan hanya aku yang tertawa, Yoon Sung ke-ge-er—an, tapi Da Jin juga sampai tersedak menahan tawa)
Setelah Jong Il pergi ke dapur, kakek mengatakan kalau orang tua Jong Il kurang beruntung, “mereka meninggal begitu cepat karena kecelakaan. Ketika umurnya 5 tahun, aku membesarkannya dengan istriku dan sekarang istriku sudah meninggal. Tapi karena nasibku kurang beruntung, itu benar-benar sulit bagi Jong Il.”
“Namun, ia benar-benar energik dan ceria, anda membesarkannya dengan sangat baiik, “ucap Da Jin.
Jong Il sedang sibuk dibelakang, memasak pesanan kakeknya.
Kakek kembali bercerita, “aku tak membesarkannya, ia dibesarkan oleh dirinya sendiri. Dia memiliki banyak pekerjaan paruh waktu untuk membayar kuliahnya. Meskipun tangan dan kaki bengkak semua, dia selalu tersenyum. Dia seperti orang bodoh. Tetangga banyak yang membantu. Dari uang yang kami peroleh dari hasil menjual paprika dan apel, ia bisa masuk sekolah penerbangan. Aku memiliki banyak hutang. Aku harus membayar semuanya sebelum aku mati, tapi ....”
Kakek tidak meneruskan kata-katanya, dan Yoon Sung pun menambahi kalau dia yakin Jong Il bisa membayarkan hutang kakek lebih dari cukup. “yang aku maksud adalah karena ia pemuda yang tumbuh dengan baik, ia pasti akan membayar hutang ketika ia berhutang,” ucap Yoon Sung sedikit tidak enak.
Da Jin mendatangi Jong Il, Da Jin langsung duduk disampinganya merasakan kehangatan dari api yang dibuat Jong Il untuk memasak pesanan kakeknya.
“ini tidak nyaman,” ucap Jong Il.
Da Jin langsung meralat kalau itu hangat dan mengesankan.
“aku tak suka rumah dengan penghangat gaya lama seperti ini. Karena tangganya tinggi, ini menyulitkan kakek ketika berjalan. Lututnya bahkan tidak begitu baik.... aku inginmencari banyak uang, dan hidup dnegan kakek di rumah yang nyaman dan bagus. Tapi dia bahkan mendapat banyak masalah karena biaya kuliahku,”
Da Jin pun menyarankan pada Jong Il, untuk menjadi pilot dan menghasilkan banyak uang dan tinggal di rumah mewah dengan kakek. Jong Il mengatakan kalau dia khawatir karena kesehatan kakeknya memburuk dari tahun ke tahun, jika terus begitu, dia akan benar-benar sendirian.
“bahkan jika aku lulus, aku mungkin tidak bisa menjadi kapten pilot. Aku harus mengajukan permohonan ke perusahaan untuk memenuhi jam terbangku. Dan disana, pelatihan ke pelatihan... ini masih sangat jauh... “ ucap Jong Il.
Mendengar cerita Jong Il, membuat Da Jin berfikir kalau dia sama seperti Jong Il, “aku tidak memiliki orang tua juga, aku punya adik yang masih kecil, tapi dia sakit. Aku hanya seorang co-pilot, jadi aku punya banyak tes dan pelatihan, aku pun masih jauh untuk menjadi Kapten. Namun, aku harus melakukannya, aku akan mencapainya, pasti bisa mencapainya. Oleh karena itu, kau juga harus melakukannya.”
“Noona benar-benar tipe ku,” ucap Jong Il.
Jong Il mengambil sesuatu yang sudah dia bakar, seperti ubi. Dia pun mengupaskannya dan memberikannya pada Da Jin.
Jong Il dan Da Jin pun mendongak melihat Yoon Sung. “sejak kapan kau datang?” tanya Da Jin.
“kenapa? Apa kau membicarakan kejelekanku?”
Tentu saja Da Jin menjawab tidak, dia pun menawari ubi yang dia ppegang pada Yoon Sung. Namun Yoon Sung menolaknya dengan mengatakan kalau dia kenyang. Tak mau membuang kesempatan itu, Jong Il langsung membuka mulutnya dan meminta Da Jin menyuapinnya. Tanpa ragu, Da Jin pun menyuapi ubi miliknya pada Jong Il. Da Jin sekali lagi menawari Yoon Sung, dan Yoon Sung tetap mengatakan kalau dia sudah kenyang.
Jong Il dan kakeknya menyiapkan tempat tidur. Kakek langsung menawari Yoon Sung untuk cepat tidur selagi kasurnya masih hangat. Karena kehangatan adalah obat terbaik untuk bagian belakang tubuh kita.
Tapi dengan capat Jong Il mengatakan kalau masih ada ruangan lain untuk Yoon Sung, Jong Il beralasan kalau dia tidak bisa tidur dengan orang lain. Kakek menjawab kalau Da Jin lah yang akan menggunakan kamar itu. Dengan polosnya, Jong Il mengatakan kalau dia yang akan tidur bersama Da Jin.
Kakek memukul Jong Il dan menyuruhnya untuk tidak berulah, “kau benar-benar tak memiliki rasa takut, wanita sangat menakutkan.”
Jong Il mengeluh, kalau kakeknya sok tahu, kakeknya tidak pernah tahu dunia ini, Kakekpun langsung meminta pembenaran pada Yoon Sung, kalau wanita memang menakutkan. Yoon Sung pun membenarkan, dan itu membuat Da Jin melihat ke arahnya. Jong Il kesal harus tidur bersama Yoon Sung.
Da Jin masuk kekamarnya. Dia langsung masuk ke dalam selimut. Dia tersenyum pada apa yang baru saja terjadi, “aku menakutkan? Hmm, benar juga, saat bom nuklir meledak, akan sangat menakutkan”
Da Jin kemudian mengambil ponselnya dan menelpon Ppo Song. Dengan bersemangat Ppo Song menjawab telepon Da Jin, “unnie.. apa sekarang kau bersama pinguin ahjussi?”
Da Jin hanya menjawab dengan tawa, dia pun langsung bertanya apa Ppo Song sudah makan? Apa Ppo Song demam? Ppo Song menjawab kalau dia tidak demam, dia baik-baik saja, “unnie dan oppa harus jadi guru yang baik, dan cepat kembali dengan selamat, mmmmuach... I LOVE YOU” setelah berkata itu Ppo Song menutup teleponnya.
Saat ditanya Dal Ho, apakah Ppo Song lebih memilih Dong Soo atau Yoon Sung, Ppo Song mengatakan dia menyukai kedua-duanya, kalau bisa mereka berdua tinggal bersama dirinya dan kakaknya.
“aigo... kalau begitu akan banyak cucian nanti, ahjussi akan lelah,” jawab Dal Ho, diapun kemudian akan menyuapi Ppo Song buah, namun Ppo Song menolaknya.
“tidak mau, mataku seperti berputar,” jawab Ppo Song, yang langsung disambut khawatir oleh Dal Ho. “rahasiakan ini pada unnie ya?” pinta Ppo Song.
Beralih pada Yoon Sung dan Jong Il yang tidur bersama, Yoon Sung lalu mengangkat tangannya seperti saat dia mengemudikan pesawat, “posisi yang salah, itulah mengapa pendaratan tidak akurat.”
“itu pesawat kertas,” ucap Jong Il kesal, karena Yoon Sung selalu meledeknya tetang pendaratan yang salah.
Yoon Sung mengatakan kalau jangan meremehkan pesawat kertas. Jong Il pun akhirnya mengikuti apa yang Yoon Sung lakukan. Yoon Sung mengajari Jong Il kalau saat memegang kendali itu seperti sedang memegang telur.
Jong Il pun tersadar kalau Yoon Sung sedang mengajarinya, Yoon Sung menjawab kalau pelajaran itu adalah ganti ayam yang sudah dia makan, karena Yoon Sung tidak suka berhutang. Yoon Sung pun memalingkan wajahnya untuk tidur, sedangkan Jong Il terus mempraktekkan yang Yoon Sung ajarkan.
Melihat Jong Il yang berusaha keras menjadi pilot, Yoon Sung pun bertanya apa yang membuat Jong Il ingin menjadi pilot?
“selagi kakek masih hidup, aku ingin memberinya tumpangan di pesawat dimana aku sebagai pilotnya,” jawab Jong Il yang langsung memberikan pertanyaan yang sama pada Yoon Sung.
“aku ingin tahu, aku tidak punya keluarga untuk diberikan tumpangan,” jawab Yoon Sung.
“karena kau bahagia, pada saat itu, kau seperti terbang saat kau mengemudikan pesawat. Bukankah itu alasan mengapa kau menjadi pilot?” Yoon Sung hanya dia tidak menjawab, “jangan-jangan... kalau kau senang mengemudikan pesawat dengan noona Han Da Jin?”
“apa kau cemburu?”
“aku tak cemburu sama sekali. Secepatnya, aku akan berada di kokpit dengan noona juga. Dan aku akan menerbangkan pesawat dengannya” ucap Jong Il.
Yoon Sung mengatakan kalau dengan kemampuan Jong Il yang sekarang, dia tidak akan bisa melakukan semua itu.
Sambil berbalik Yoon Sung mengatakan kalau dia akan terus terbangun meskipun langit sudah jatuh. Jong Il membalikkan badannya juga, dan berkata ketika langit jatuh, Yoon Sung harus mengubah arah.
“langitku tak pernah jatuh,” jawab Yoon Sung.
Mendengar itu Jong Il langsung membalikkan badannya lagi dan melihat Yoon Sung, dan bertanya kenapa?
Sambil memejamkan matanya, Yoon Sung berkata, “Karena Han Da Jin adalah langitku dan aku adalah langit Han Da Jin.”
Oooh, Jong Il merasa jijik mendengarnya, dia langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Da Jin dan Yoon Sung tidak bisa tidur, mereka bertemu di luar, melihat langit bersama-sama.
“sangat cantik... han Da Jin yang melihat bintang,” puji Yoon Sung yang langsung membuat Da Jin tersenyum. Yoon Sung lalu mengambil tangan Da Jin dan memasukkannya kedalam saku jaketnya.
“ayo kita saling menjaga satu sama lain, selamanya,” ajak Yoon Sung.
“tak perduli orang macam apa aku, bisakah kau tetap bersamaku? “ tanya Yoon Sung dalam hati.
Da jin menambahkan kalau Yoon Sung bisa percaya padanya, “karena aku Han Da Jin, akan melakukan apa yang aku katakan. Karena aku Han Da Jin yangselalu menjaga janji.”
Keesokan harinya, Dong Soo bekerja seperti biasa di menara pengawas. Dia mengeluarkan ponselnya, dan melihat kontak Da Jin. Dia seperti ingin menghubungi Da Jin, namun dia urungkan niatnya itu.
Park Young Suk dan teman kerjanya, memperhatikan tingkah Dong Soo, mereka membicarakan Dong Soo yang bekerja tanpa tersenyum, Park Young Suk menebak kalau Dong Soo habis putus dengan seseorang, teman kerjanya bertanya apa maksud Park Young Suk dengan putus?
Belum sempat menjawab, Park Young Suk dipanggil oleh Dong Soo, Dong Soo meminta Park Young Suk membawa dokumen miliknya. Ternyata Park Young Suk belum menyelesaikan pekerjaannya, dan akhirnya Dong Soo yang mengambil alih pekerjaan Park Young Suk.
Bukannya berterima kasih dan pergi, Young Suk malah bertanya, “apa dengan menyelesaikan dokumen membuat hatimu tenang?”
Tentu saja Dong Suk tidak senang dengan pertanyaan Young Suk, dia pun bertanya “apa aku harus menyelesaikan kau dulu? Kau bahkan tidak mengerjakan pekerjaanmu! “
“Hei, kau bawa dokumenmu juga, aku akan mengerjakannya semua,”perintah Dong Soo pada teman ngerumpi Young Suk tadi.
“aku akan menyelesaikannya sendiri. Tapi aku hanya akan mengatur ulang dokumen. Aku benar-benar tak bisa melakukan itu untuk Team Leader, “jawab gadis itu dan langsung pergi. Sepertinya gadis itu suka pada Dong Soo.
Berlaih ke Da Jin yang baru keluar dari kamarnya, dia keluar dengan jaket yang dia lihat di mall saat dia belanja sebelumnya. Ternyata Da Jin membelinya. Dia sudah memakainya satu dan yang satu lagi dia ingin berikan pada Yoon Sung. Da Jin mengetuk kamar Yoon Sung dan Jong Il. Da Jin terus memanggil-manggil Yoon Sung namun tidak ada jawaban.
Hanya berpikir kalau yang didalam kamar hanya Yoon Sung, Da Jin langsung memasukkan jaket itu ke dalam kamar, “kapten, pakailah ini.”
Dengan malu-malu dan senang, Da Jin menunggu di depan kamar. Namun senyumnya langsung memudar saat dia melihat Yoon Sung datang.
Da Jin langsung mendekati Yoon Sung yang baru selesai lari pagi. Da Jin jadi salah tingkah, kalau bukan Yoon Sung, berarti yang menerima jaket dari Da Jin adalah Jong Il.
Da Jin langsung mendekati Yoon Sung yang baru selesai lari pagi. Da Jin jadi salah tingkah, kalau bukan Yoon Sung, berarti yang menerima jaket dari Da Jin adalah Jong Il.
Tentu saja, Jong Il benar-benar keluar dengan memakai jaket yang diberikan Da Jin. Jong Il sangat terlihat senang, dan mengatakan kalau jaket pemberian Da Jin benar-benar seperti gayanya. Da Jin jadi tambah salah tingkah, dia mengatakan pada Jong Il kalau jaket itu bukan untuknya, dan meminta Jong Il melepaskannya.
“aku tak mau, aku suka jaket pasangan juga, “ jawab Jong Il. Da Jin berusaha meminta Jong Il melepaskannya, namun Jong Il tidak mau, dan mengatakan kalau jaket itu sudah menjadi miliknya.
Yoon Sung dan Da Jin sarapan bersama Jong Il dan kekeknya. Jong Il dan Da Jin masih mengenakan jaket pasangan, dan itu menarik perhatian kakek, yang langsung memukul Jong Il yang berulah pada gurunya sendiri. Jong Il tentu saja membela diri dengan mengatakan kalau da Jin lah yang memberikan jaket itu padanya.
Tak bisa mengelak, Da Jin pun meng-iya-kannya, dengan mengatakan kalau jaket itu hadiah untuk Jong Il. Mendengar Da Jin yang tidak mengatakan yang sebenarnya, membuat Yoon Sung cemburu. Da Jin benar-benar merasa tidak enak pada Yoon Sung.
Da Jin, Yoon Sung dan Jong Il pergi jalan-jalan bersama. Yoon Sung harus menahan kesalnya, karena dia dijadikan sopir oleh Jong Il dan Da Jin yang duduk dibelakang.
Sampai lah mereka bertiga disebuah danau yang luas dan indah. Da Jin mengambil gambar Yoon Sung yang berada di dekat danau. Jong Il yang berada dekat Da Jin melihat kalau Da Jin begitu antusias mengambil gambar Yoon Sung, Jong Il merasa cemburu.
Yoon Sung menghampiri Da jin yang sedang melihat foto Yoon Sung yang baru saja dia ambil.
“kau melanggar hak potret,” ucap Yoon Sung pada Da Jin.
“Kapten yang menghalangi lensaku,” ucap Da Jin membela diri.
Tak suka dengan percakapan Da Jin dan yoon Sung, Jong Il ikut bicara, “kenapa kau terus mengikuti kami?” tanya-nya pada Yoon Sung. ”saya hanya mengatakan pada noona kalau aku akan mengajaknya berkeliling.
Yoon Sung tidak mau dituduh seperti itu, dia pun mengatakan kalau dia tidak mengikuti mereka, tapi merekalah yang naik mobilnya. Tak tahan mendengar pertengkaran Yoon Sung dan Jong Il. Da Jin pun mengajak mereka pergi ke tempat yang lebih indah. Jong Il pun ingin mengikuti Da Jin, namun dia ditahan oleh Yoon Sung yang menarik bajunya. Saat Da Jin berbalik dan mengajak mereka lagi, Yoon Sung dan Jong Il menyuruh Da Jin untuk pergi terlebih dulu. Yoon Sung menyuruh Jong il mengikutinya.
Sementara itu Da Jin sudah berada di sebuah ruangan, dia menunggu Jong Il dan Yoon Sung yang tak kunjung datang.
Yoon Sung mengajak Jong Il ke pinggir danau. Mereka saling menatap dengan serius. Yoon Sung menyuruh Jong Il untuk melempar terlebih dulu. Namun Jong Il menolak, dan balik menyuruh Yoon Sung lah yang duluan. Karena tidak ada yang mau duluan, jadi mereka melakukan batu, gunting, kertas. Jong Il kalah, karena dia mengeluarkan kertas.
Jong Il melempar batunya, namun dia gagal. Dengan tersenyum penuh kemenangan, Yoon Sung mengambil batunya dan melemparkannya, tentu saja lemparan Yoon Sung lebih jauh ketimbang Jong Il.
Karena kalah, Jong Il menyerahkan jaket dari Da Jin pada Yoon Sung. (hahhaha.. ternyata mereka bersaing untuk mendapatkan jaket dari Da Jin.)
Karena kalah, Jong Il menyerahkan jaket dari Da Jin pada Yoon Sung. (hahhaha.. ternyata mereka bersaing untuk mendapatkan jaket dari Da Jin.)
Sekali lagi, Yoon Sung memberi Jong Il pelajaran, tentang cara melempar dengan baik. “pertama, kau harus memilih batu yang datar. Kedua sudut batu jatuh ke dalam air yang terbaik adalah 15 sampai 20 derajat. Ketiga, pegang dengan ibu jari dan jari pertama lalu melemparnya dengan cepat.”
Kemudian Yoon Sung mempraktekannya. Yon Sung menambahkan kalau segala sesuatu itu membutuhkan perhitungan dan keputusan yang baik, dan itu akan membuatmu menang dengan sempurna, begitu juga dengan mengendalikan pesawat.
Kemudian Yoon Sung mempraktekannya. Yon Sung menambahkan kalau segala sesuatu itu membutuhkan perhitungan dan keputusan yang baik, dan itu akan membuatmu menang dengan sempurna, begitu juga dengan mengendalikan pesawat.
Da Jin masih menunggu di tempat yang sama sambil menikmati minuman hangat. Tepat pada saat itu Jong Il datang dengan wajah kesal. Melihat Jong Il sendirian, Da Jin langsung bertanya tentang keberadaan Yoon Sung yang langsung dijawab tidak tahu dengan nada kesal oleh Jong Il.
Da Jin juga bertanya dimana jaket pemberiannya, karena dia tidak melihat Jong Il mengenakannya lagi. Dengan kesal Jong il menjawab, “tidak tahu juga”.
Walaupun sudah merasa kalau orang dihadapannya itu kesal, Da Jin tetap menanyakan pada Jong il keberadaan Yoon Sung.
“dia bilang ada kuliah dan dia harus kembali. Dia juga bilang akan pergi ke kampus,” jawab Jong il ppada akhirnya.
Da Jin mengerti dan berusaha mengubah topik pembicaraan dengan mengatakan kalau di tempat ituu banyak pemandangan yang bagus. Dengan nada masih kesal dan sedikit keras, Jong il menjawab, “karena ini daerahku.”
Beralih ke Yoon Sung yang sepertinya baru saja membeli sesuatu, seperti tiket.
Kembali ke kelas, dimana Yoon Sung akan mengakhiri pelajaran dan untuk membantu penambahan siswanya, Yoon Sung meminta DA Jin untuk menceritakan pengalamannya langsung saat masuk menjadi co-pilot.
Da Jin yang sedikit gerogi karena Yoon Sung memintanya dengan tiba-tiba. Namun dia tetap menceritakan apa yang sudah dia alami, “aku tak tahu apakah hal ini cocok bagiku untuk mengatakannya semua ini. Sebagai orang yang akan melalui percobaan sulit dan kesalahan, aku harap pengalamanku setidaknya sedikit membantu kalian,”
“ya” jawab semua mahasiswanya, berbeda dengan Jing il, dia memberikan semangat pada Da Jin, “fighting!!”
“aku masih ingat ketika aku pertama kali masuk Wings Air. Aku berpikir kalau tidak ada siituasi dimana aku tidak bisa menyelesaikan semuanya. Aku berpikir kalau tak ada pesawat yang tidak bisa terbang. Namun arogansiku, menyebabkan kekacauan untuk penumpang Wings Air (ketika Da Jin salah menekan tombol, yang dia tekan malah lampu kabin penumpang) pada awalnya, aku tidak bisa mengakuinya, karena ini melukai harga diriku. Karena kebangganku, bahkan lencanaku dibuang ke lantai. (saat Yoon Sung menarik lencana Da Jin secara paksa dan membuangnya). Ada saat ketika aku tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan. (saat Da Jin menolak dengan keras, untuk melakukan penerbangan dengan Ji Won). Aku masih belum matang, tapi aku lebih dewasa saat itu. Pikiran ini selalu datang ke kepalaku. Tujuanku harus menjadi pilot, dan kepercayaan diriku mulai goyah. Aku bertanya-tanya apa aku berada di arah yang benar, seperti pikiran singkat. (saat Da Jin di demo oleh rombongan Jooo Ri, yang mengakibatkan Da Jin tidak bisa melakukan penerbangan). Jika pada saat itu, orang ini tidak mendukungku (melihat ke arah Yoon Sung) dan tidak ada di sana, aku tidak akan beridiri disini hari ini. Sebagai pilot, komunikasi lebih penting dari keahlian. Daripada memutuskan menerbangkan mesin, saya percaya tanggung jawab dan menghormati masing-masing penumpang lebih penting. Matahari akan bersinar terang untuk impian dan tujuan kalian. Ayo sekarang katakan “fighting” agar bisa bertemu di langit. Fighting!”
Semuanya mengikuti instruksi Da Jin, yang juga mengucapkan FIGHTING! Setelah itu semuanya memberi tepuk tangan pada Da Jin, begitu juga Yoon Sung.
Beralih ke Wings Air, dimana Mi Jo sedang melihat-lihat dokumen yang dia ambil dari kEtua Tim. Dia terkejut saat mengetahui kalau Yoon Sung yang menjadi co-pilot di pesawat dimana Ji Won melakukan kesalahannya.
Kembali ke kampus Jong Il, dimana dia sedang mengucapkan perpisahan pada DA Jin dan Yoon Sung. Yoon Sung memberikan sebuah buku pada Jong Il, dan menyuruhnya untuk menghafalkannya, jika ingin lulus. Da Jin protes, karena Yoon Sung tidak pernah memberikannya buku seperti itu.
Sebelum pergi, Jong il pun berterima kasih atas apa yang sudah Yoon Sung berikan padanya. Di rumahnya, JongIl terus mempraktekkan apa yang sudah Yoon Sung ajarkan padanya. Saat Jong il akan membaca buku pemberian Yoon Sung, sebuah amplop jatuh dari buku itu. Amplot itu berupa tiket dari Wings Air.
“bahkan lelucon berakhir mengagumkan.” Ucapnya senang.
0 comments:
Post a Comment