Drama Korea “time slip dr Jin” episode 4 di Korea sudah ditayangkan pada tanggal 3 Juni 2012, dan penayangan episode ke empatnya ini mendapat rating 16.5 % dari TNmS Media Korea dan mendapat 16.3 % dari AGB Nielsen. Rating yang bagus karena selalu meningkat dari setiap penayangan per episodenya.
Kemarin saya baru menulis episode 4 bagian pertama dari sinopsis drama ini, dan sekarang saya akan melanjutkannya ke bagian keduanya. Terakhir kemarin diceritakan kalau Young Rae dan pelayannya yang bernama Bu Nim pergi ke perbatasan kota untuk melihat situasi. Bu Nim membujuk Young Rae untuk pulang agar mereka tidak dimarahi Nyonya Hong. Young Rae bilang mereka hanya melihat sebentar setelah itu pulang. Sampai di perbatasan mereka melihat para warga di luar kota menyerbu masuk. Kebanyakan dari mereka memang rakyat miskin. Penjaga gerbang kota sampai kewalahan menahan mereka masuk. Dan akhirnya, para warga berhasil masuk. Para penjaga segera memukuli mereka. Situasinya benar-benar kacau. Young Rae dan Bu Nim ketakutan melihat apa yang terjadi di hadapan mereka. Karena banyaknya orang merekapun menjadi terpisah.
Kemarin saya baru menulis episode 4 bagian pertama dari sinopsis drama ini, dan sekarang saya akan melanjutkannya ke bagian keduanya. Terakhir kemarin diceritakan kalau Young Rae dan pelayannya yang bernama Bu Nim pergi ke perbatasan kota untuk melihat situasi. Bu Nim membujuk Young Rae untuk pulang agar mereka tidak dimarahi Nyonya Hong. Young Rae bilang mereka hanya melihat sebentar setelah itu pulang. Sampai di perbatasan mereka melihat para warga di luar kota menyerbu masuk. Kebanyakan dari mereka memang rakyat miskin. Penjaga gerbang kota sampai kewalahan menahan mereka masuk. Dan akhirnya, para warga berhasil masuk. Para penjaga segera memukuli mereka. Situasinya benar-benar kacau. Young Rae dan Bu Nim ketakutan melihat apa yang terjadi di hadapan mereka. Karena banyaknya orang merekapun menjadi terpisah.
Dan tiba-tiba Young Rae dikepung oleh sekelompok orang. Dari penampilan Young Rae, mereka tahu Young Rae adalah putri bangsawan sehingga mereka memaksanya untuk memberi mereka uang. Young Rae dengan takut berkata kalau ia tidak memiliki uang. Tapi Mereka tidak mau percaya. Mereka lalu menyeret Young Rae. Tepat disaat itu, Kyung Tak datang. Sekelompok orang itu, lalu menyerang Kyung Tak. Tentu saja mereka tidak sebanding dengan Kyung Tak yang jago bela diri. Setelah berhasil dikalahkan, para pengawal menangkap mereka.
Kyung Tak menanyakan keadaan Young Rae, dan Young Rae baik-baik saja tidak terluka hanya saja dia masih syok. Kyung Tak segera memeluknya. Dan berkata “Tenanglah! Sudah aman sekarang.” Young Rae berterima kasih pada Kyung Tak dan tidak menolak pelukan Kyung Tak. Kyung Tak tersenyum dan berkata “Aku juga berterima kasih padamu”. Young Rae pun menangis.
Kembali ke Jin Hyuk yang sedang merawat tabib Heo. Jin Hyuk meminta tabib Heo meminum larutan yang telah dibuatnya. Namun Tabib Heo bersikeras menolak untuk meminumnya. Bahkan berkali-kali melempar mangkuk berisi larutan pemberian Jin Hyuk. Jin Hyuk menjadi kesal apalagi tabib Heo berteriak meminta dicarikan tabib yang lain untuk mengobatinya. “Tikus mencericit..kucing mengeong.” Tabib Heo masih berusaha membaca mantera dan menempel jimat. Jin Hyuk akhirnya mendekap tubuh tabib Heo dan memasukkan larutan dengan paksa ke dalam mulut tabib Heo. Jin Hyuk juga menyuapi ibu Sik A. Namun, Ibu Sik A muntah lagi. Jin Hyuk kelelahan dan hampir putus asa.
Ayah Sik A datang dan menanyakan keadaan istrinya. Jin Hyuk berkata istrinya masih bertahan sampai sekarang. Tapi jika hanya diminumkan tidak akan efektif. Harus disuntikkan langsung ke pembuluh darah (seperti infus). Masalahnya adalah tidak ada peralatan untuk itu. Ayah Sik A menawarkan diri untuk membuat alat tersebut. Karena ia adalah seorang tukang besi yang terampil. Dengan bersemangat Jin Hyuk menunjukkan sebuah jarum suntik dari dalam tasnya. Ia bertanya apakah ayah Sik A bisa membuat jarum seperti yang ditunjukkannya. Ayah Sik A kagum dengan jarum suntik tersebut dan bertanya buatan siapa itu. Dan ayah Sik A akan berusaha membuatnya. Jin Hyuk lalu menggambar di tanah bentu sebuah plabot/tabung infus. Jin Hyuk menjelaskan kalau tabung itu terbuat dari kaca. Jin Hyuk juga minta untuk dicarikan selang karet. Ayah Sik A bingung, dia tidak tahu dengan selang. Jin Hyuk baru sadar bahwa di zaman ini karet belum ditemukan. Ia juga baru ingat sebenarnya dalam tasnya ada selang karet tapi saat pergi tadi ia meninggalkan selang karet itu di rumah keluarga Hong. Dan sekarang yang menjadi masalah adalah pintu keluar masuk sudah disegel dan tidak ada uang untuk membeli bahan untuk membuat jarum infus.
Tiba-tiba, Ha Eung datang dengan menggendong Myeong Bok, yang langsung bertanya, apa lagi yang dibutuhkan Jin Hyuk, karena kalau urusan selang itu, dia yang akan mengambilnya di rumah Young Rae. Tapi Ha Eung meminta Jin Hyuk untuk menyelamatkan anaknya. Jin Hyuk lalu membawa Myeong Bok ke dalam rumah dan memeriksanya. Menurut sejarah, 3 tahun dari sekarang Go Jong (Myeong Bok) akan menjadi raja. Jadi anak ini tidak mungkin mati di sini. Tapi kalau tidak diobati, dan dia mati maka akan terjadi perubahan sejarah. (jadi kalau tidak ada Jin Hyuk, siapa yang sebenarnya menyelamatkan Myeong Bok....??? hmmmm....)
Ha Eung ada di perbatasan kota. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia masuk ke dalam kota. Karena hanya dirinya yang bertugas mencari barang-barang yang dibutuhkan Jin Hyuk. Ia lalu melihat Bok Yi (anak buah Pal Yi) membawa bungkusan dan bertemu dengan seseorang. Sepertinya mereka sedang bertransaksi. Ha Eung lalu menemui Bok Yi, Ha Eung memaksanya mengatakan bagaimana ia bisa masuk ke dalam kota lagi. Ia mengancam akan mengatakan pada penjaga kalau ada orang yang bisa keluar masuk dengan bebas. Akhirnya Ha Eung bisa masuk lagi ke dalam kota melalui sebuah terowongan rahasia.
Young Rae masuk ke kamarnya dan berdoa untuk keselamatan Jin Hyuk. Ha Eung datang ke rumah keluarga Hong dan meminta selang karet. Young Hwi bertanya apakah Jin Hyuk yang memintanya. Ha Eung membenarkan. Young Rae keluar dari kamar dan bertanya tentang keadaan Jin Hyuk. Ha Eung berkata situasinya kacau balau. Jumlah penderita sangat banyak tapi Jin Hyuk hanya sendirian sebab para tabib mengundurkan diri semua.
Young Rae yang mendengarnya, lalu mencari karet yang dimaksud. Ia menemukannya dan hendak memberikannya pada Ha Eung. Namun ia terhenti saat ibunya dan Ha Eung berdebat. Rupanya Ha Eung meminta tolong pada Young Hwi untuk mengantar karet ke desa To Mak sedangkan ia hendak mencari barang yang lain yang dibutuhkan. Namun Nyonya Hong tentu saja tidak setuju apalagi Young Hwi baru saja terluka. Nyonya Hong lalu memanggil Young Rae agar segera memberikan karet pada Ha Eung. Young Rae tidak menyahut panggilan ibunya. Nyonya Hong masuk ke dalam rumah dan mendapati jendela rumah terbuka. Sepertinya Young Rae hendak mengantarkan karet ke desa To Mak. Ha Eung tersenyum senang.
Young Rae yang mendengarnya, lalu mencari karet yang dimaksud. Ia menemukannya dan hendak memberikannya pada Ha Eung. Namun ia terhenti saat ibunya dan Ha Eung berdebat. Rupanya Ha Eung meminta tolong pada Young Hwi untuk mengantar karet ke desa To Mak sedangkan ia hendak mencari barang yang lain yang dibutuhkan. Namun Nyonya Hong tentu saja tidak setuju apalagi Young Hwi baru saja terluka. Nyonya Hong lalu memanggil Young Rae agar segera memberikan karet pada Ha Eung. Young Rae tidak menyahut panggilan ibunya. Nyonya Hong masuk ke dalam rumah dan mendapati jendela rumah terbuka. Sepertinya Young Rae hendak mengantarkan karet ke desa To Mak. Ha Eung tersenyum senang.
Di desa To Mak, Jin Hyuk masih merawat Myeong Bok. Myeong Bok merasa tidak tahan terhadap sakitnya dan hendak menyerah, dan Jin Hyuk memintanya bertahan. Tapi Myeong Bok berkata kalau dia tidak ingin hidup seperti ayahnya. Karena dilahirkan sebagai Jongchin dia selalu ditindas. Jin Hyuk pun mengatakan kalau sebenarnya Myeong Bok lah yang tidak mengerti, tiba-tiba Myeong Bok muntah lagi.
Ha Eung pergi mencari Joo Pal Yi. Kemudian dia menguping saat Pal Yi memarahi Bok Yi karena gagal berbisnis dan memberitahu Ha Eung tentang terowongan rahasia mereka. Ha Eung pun keluar dari persembunyiannya. Pal Yi terkejut karena Ha Eung bisa datang ke markasnya. Rupanya Bok Yi yang memberitahu Ha Eung di mana markas mereka dan ini membuat Pal Yi semakin kesal pada Bok Yi. Pal Yi menyambut kedatangan Ha Eung dengan basa-basi. Ha Eung pun membahas tentang hutangnya. Pa Yi mengira Ha Eung ingin membayar hutangnya, namun ternyata Ha Eung ingin menambah hutannya lagi 170 Nyang jadi hutangnya genap 200 Nyang. Mendengar itu Pal Yi tertawa, begitu juga Ha Eung. Ha Eung menawarkan lukisan anggreknya pada Pal Yi untuk dijual lagi. Menurutnya lukisannya itu bisa dijual 200 hingga 300 Nyang. Pal Yi menerima lukisannya. Tapi ia malah menggunakan lukisan itu untuk membersihkan ingusnya. Ha Eung akhirnya tanpa basa-basi, membuka tempat penyimpanan bahan makanan pokok yang ditimbun Pal Yi dan dia tidur di atasnya. Pal Yi dan Bok Yi panik karena takut ketahuan kalau mereka menimbun makanan. Ha Eung menawarkan diri untuk dicambuk 30 kali sebagai ganti hutangnya. 1 cambuk 1 Nyang. “Bagaimana kalau digenapkan 100 Nyang saja supaya kau sekalian berjalan menuju kematian?”kata Pal Yi kesal. “Boleh. Itu bisa menjadi salah satu caranya,”tantang Ha Eung. Pal Yi menyuruh Bok Yi mengambil tongkat dan tikar jerami. Ha Eung bertanya mencoba mngorek informasi, karena jalan keluar masuk terhambat. Bagaimana caranya Pal Yi mendapatkan bahan makanan ini?. Ha Eung menduga Pal Yi pasti menyogok petugas tapi dia pasti tidak punya cukup uang untuk menyogok semua petugas di Pocheong dan Ha Eung mengancam kalau pemerintah tahu simpanan bahan makanan Pal Yi sebanyak ini mereka pasti senang. Pal Yi berusaha menutupi kepanikannya.
Pal Yi pun hampir menceritakan semuanya pada Ha Eung, tapi setelah Pal Yi menyebut nama Dae Gun, dia menghentikan kata-kata. Ha Eung terkjut mendengar nama Dae Gun, ternyata dia menggunakan peristiwa wabah ini untuk mencari keuntungan, Ha Eung pun teringat pada pertemuannya dengan Dae Gun dan Beok Yi di tempat Gisaeng. Dan sepertinya mereka sedang mendiskusikan sesuatu yang penting.
Dae Gun dan Beok Yi lagi-lagi sedang bersenang-senang di rumah gisaeng ditemani oleh Choon Hong. Dae Gun berkata sebenarnya ia ingin menghukum Choon Hong atas kejadian yang lalu tapi menurutnya itulah yang membuat Choon Hong semakin menarik jadi ia urung menghukumnya. Beok Yi berkata jika itu pejabat lain maka Choon Hong tidak bisa terhindar dari hukuman. Dengan basa basi, Choon Hong pun berterima kasih. Tiba-tiba Ha Eung datang menemui mereka. Ha Eung pun menyindir kalau mereka akhir-akhir ini mendapatkan untung. Dae Gun yang sedang meminum arak menjadi tersedak. Hal ini membuat Ha Eung tertawa. Dae Gun langsung bertanya apa urusan Ha Eung menemuinya. Ha Eung ingin pinjam 500 Nyang. Ha Eung mengaku itu untuk membantu penderita Gwejil.
Dae Gun dan Beok Yi tertawa mendengarnya. Mereka tidak percaya dengan ucapan Ha Eung. Dan tentu saja Dae Gun tidak akan memberinya uang. Ha Eung mulai mengancam dengan mengatakan kalau anak sulung Tuan Kim sudah mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini, kalau dia memberi tahu Tuan Kim, dia akan senang atau malah murka. Beok Yi mulai panik. Namun Dae Gun tetap tenang, dia mengatakan silahkan Ha Eung memberitau ayahnya. Tinggal nanti ayahnya akan percaya padanya atau Ha Eung seorang Jongchin yang tidak berguna. Chong Hong yang diam tiba-tiba berbicara dan membela pejabat-pejabat itu dengan mengatakan kalau seharusnya Ha Eung malu, karena pejabat-pejabat ini lebih memperhatikan kahidupan rakyat dibandingkan dengan Ha Eung. Ha Eung kaget mengapa Choon Hong tidak membelanya. Choon Hong memberi isyarat untuk mengikuti perkataannya. Ha Eung mulai mengerti. Dia pun meminta maaf pada Dae Gun dan Beok Yi.
Dae Gun pun bisa merasa kalau Choon Hong hanya ingin menjilatnya, karena dia tahu Choon Hong berteman dengan Ha Eung. Choon Hong pun mengatakan kalau perkataannya ini demi kepentingan Dae gun. Jika Da Gun membantu para korban wabah maka banyak yang memuji dan pasti Tuan Kim juga mendengarnya. Lagian hanya 500 Nyang, dan ini adalah transaksi yang menguntungkan, Chong Hong menambahkan sambil melihat ke arah Ha Eung yang menahan tawa.
Beralih ke Jin Hyuk yang masih di desa To Mak. Jin Hyuk membantu Myeong Bok yang muntah. Ia hendak meminumkan larutan yang dibuatnya tapi ternyata habis. Jin Hyuk lalu menyuruh Myeong Bok berbaring. Jin Hyuk kelelahan. Ditambah lagi keluhan tabib Heo yang minta pulang. Jin Hyuk menjadi kesal. “Anak kecil saja bisa menahan diri. Apa kau tidak malu?” Tabib Heo yang dimarahi menjadi diam dan meminum lagi larutannya. Ia lalu sadar kalau orang yang dirawat di sampingnya tidak bernafas. Jin Hyuk terkejut dan memeriksa orang itu. Rupanya orang itu memang sudah meninggal. Tabib Heo mengeluh lagi kalau sebentar lagi gilirannya untuk mati. Sedangkan Jin Hyuk mulai menangis. Ia sepertinya sudah putus asa.
Kembali ke rumah gisaeng. Ternyata Dae Gun sudah memberi uang nya pada HA Eung. Dae Gun berkata kalau 500 Nyang tidak berarti dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan yaitu pujian terhadap kemurahan hatinya. Beok Yi berkata kalau nanti Ha Eung akan meminta uang terus menerus dengan alasan yang lain lagi. Dae Gun baru sadar akan hal ini. Beok Yi menyarankan agar Dae Gun mengambil uangnya kembali dari Ha Eung, dan dia mengatakannya masih di depan Choon Hong. Dae Gun lalu memerintahkan pengawal untuk menangkap Ha Eung.
Ha Eung membawa uang 500 Nyang dengan panik, karena Ia tahu ia sedang dibuntuti. Ha Eung langsung berlari dan bersembunyi di belakang Pal Yi. Dua orang yang membuntutinya mengejarnya dan dihadang oleh kelompok Pal Yi. Pal Yi bingung dengan apa yang terjadi, tapi HA Eung memintanya untuk menghabisi orang yang membuntutinya, setelah selesai dia akan menceritakan yang sebenarnya, dan mentraktirnya kue beras. HA Eung pun menyerahkan urusan dua orang itu pada Pal Yi, yang mau tidak mau dia harus mengurusnya. Ha Eung terus berlari. "Myeong Bok bertahanlah sebentar lagi. Karena ayah akan tiba"batin Ha Eung.
Balik lagi ke desa To Mak, Jin Hyuk merenung sendirian sambil melihat mayat-mayat yang hendak dikuburkan. Tidak peduli seberapa keras usahaku, untuk mengatasi wabah penyakit di zaman ini masih terlalu sulit bagiku. Awalnya aku mengira aku bisa menanggulanginya. Apakah aku terlalu percaya diri? Apa sebenarnya yang kulakukan di sini? Seorang diri, apa yang bisa kulakukan?
Tiba-tiba, Young Rae tiba dan menyerahkan karet pada Jin Hyuk. Jin Hyuk terkejut dengan kedatangannya. Ia meminta Young Rae pulang karena tempat ini berbahaya. Lagi pula ia sudah tidak membutuhkan karet lagi. Young Rae tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Jin Hyuk, Jin Hyuk berkata ia tidak sanggup mengatasinya. Young Rae meyakinkan Jin Hyuk lagi dan dia berjanji pada Jin Hyuk kalau dia akan membantunya. Tiba-tiba tabib Heo berteriak memanggilnya, dia berkata kalau Jin Hyuk bilang jika bisa buang air kecil maka dia sudah sembuh, dan baru saja dia buang air kecil, dan sekarang badannya terasa lega, perutnya juga sudah normal. Heo Gwang sudah sembuh. Jin Hyuk lega mendengarnya. Young Rae dengan senang mengatakan lihat! Sepertinya kau sudah menyelamatkan satu nyawa. Ia lalu memegang tangan Jin Hyuk dan memohon untuk diijinkan membantunya.
Sekarang Jin Hyuk mendapat bantuan, Young Rae membantu Jin Hyuk membuat larutan. Sementara itu Kyung Tak datang ke desa To Mak dengan menaiki kuda. Dia mencari Young Rae. Young Rae dan Jin Hyuk keluar dengan membawa timba. Mereka berdua bertemu dengan Kyung Tak. Mereka dibatasi oleh tali yang mengelilingi sebuah rumah. Tanpa basa-basi Kyung Tak menyuruh Young Rae pulang. Tentu saja Young Rae tidak mau. Kyung Tak hendak masuk namun dicegah Young Rae. Young Rae memperingatkan Kyung Tak kalau batas itu adalah batas untuk daerah yang sudah terjangkit wabah dan yang belum.
Kyung Tak tidak peduli. Ia menghunuskan pedangnya dan memotong tali yang menjadi perbatasan. Lalu mengarahkan pedangnya ke leher Jin Hyuk. Young Rae dan Jin Hyuk terkejut.
Kyung Tak tidak peduli. Ia menghunuskan pedangnya dan memotong tali yang menjadi perbatasan. Lalu mengarahkan pedangnya ke leher Jin Hyuk. Young Rae dan Jin Hyuk terkejut.
0 comments:
Post a Comment